Curhat Colongan

Cinta Ayah

Dulu sewaktu masih belum mengerti peran seorang ayah, saya selalu menggerutu perihal keputusannya untuk tidak membolehkan pulang bermain sebelum magrib. “kalau bisa jam 4 sudah di rumah ya”. Waktu SMP memang bisa dibilang saya termasuk anak kurang gaul (jarang bermain ke tempat jauh apalagi keluar kota). Lingkaran permainan saya hanya berkutat pada daerah cimahi, cimahi, dan cimahi. Keluar cimahi pun hanya pergi ke bioskop dengan teman-teman dan intensitasnya bisa dihitung dengan jari. Semua itu karena keputusan ayah. Dia bilang saya masih kecil dan belum bisa menjaga diri. Alhasil, saya selalu berdebat dengan ayah dan saat itu membenci keputusannya.

Saat SMA saya pun bebas karena bersekolah di asrama di luar Cimahi. Tapi lagi-lagi saya dihadapkan pada keputusan ayah setiap kali saya ingin pulang ke Cimahi. Pernah suatu waktu saya ingin mengambil ijazah. Kebetulan saya sudah di Cimahi. Mau gamau saya harus berangkat karena ada proses cap tangan. Saya berangkat bersama dua teman saya. Setelah bercengkrama dengan teman-teman yang sama-sama mengambil ijazah di sekolah, ayah menelpon kalau saya harus pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Namun teman-teman saya terlihat masih asyik mengobrol. Di dalam hati saya takut pada dua hal, takut pada ayah yang marah karena belum bisa pulang tepat waktu dan takut jika pulang sendirian. Saya lalu berpikir jika pulang sendiri sekarang, saya akan sampai di rumah sebelum magrib. Tapi kalau pulang lebih dari jam 2 bersama temen-temen, saya akan sampai rumah agak malam. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang sendiri karena kebih baik pulang saat masih terang daripada saat sudah gelap.

Ya begitulah saya saat masih belum menyadari betapa berat penjagaan seorang ayah terhadap anak perempuannya. Masih banyak ‘ngeyelnya’ haha. Mungkin selama ini ayah tidak pernah berkata langsung pada anaknya bahwa ‘ayah sayang sama mba’. Menurut saya lelaki itu punya gengsi yang sangat tinggi. Tapi tidak semua sih. Berbeda dengan ibu yang selalu menunjukkan kepeduliannya, ayah bisa dibilang sangat jarang. Kita yang belum bisa memahami Bahasa kasih seorang ayah tentu akan berakhir seperti saya yang sebelumnya. Kalau ayah marah, pasti berpikir bahwa ayah tidak sayang dan ingin membuat saya tidak berkembang. Ah betapa saya masih belum dewasa kala itu.

Berbeda dengan anak laki-laki yang ketika sudah dewasa bisa menjalani kehidupan dengan pilihannya sendiri, anak perempuan yang masih belum dipinang oleh siapapun masih merupakan tanggung jawab seorang ayah.

Daddy is daughter’s first love

Saya belajar banyak dari beliau. Tentang menghargai waktu, menyederhanakan suatu masalah, dan membuat keputusan matang. Jadi jangan heran kalau saya suka ngudemel karena ada yang tidak tepat waktu. Hihi.

Pernah suatu waktu saya ingin pulang dari Bogor ke Bandung naik mobil teman. Di jalan ayah selalu menanyakan “udah sampai mana mbak?”. Karena saya selalu mabok di mobil dan lebih senang tidur, saya tidak pernah hapal jalan. Saya membalas pesan ayah setelah saya bangun dan menanyakan kepada supir.
“Udah sampai bla bla, Yah”

“Oh yasudah. Kalau sudah sampai Cikalong Wetan kabarin lagi”

“iya”

Saat itu saya tidak sadar bahwa ‘kabar’ itu sangat penting buat ayah. Saya baru sadar bahwa semua itu dilakukan karena tidak ingin saya menunggunya terlalu lama. Ayah tau saya suka mabok dan pasti lelah selama perjalanan. Jadi ia berpikir daripada saya lelah menunggu kedatangannya, lebih baik ia datang di awal waktu untuk . Aahhhh terisak isak saya menulisnya 😦

Tidak hanya hari itu saja. ‘pulang jam berapa,mba?’ adalah pertanyaan yang selalu ditanya untuk memprediksi kapan ayah harus berangkat agar saya tidak terlalu lama menunggu. Ayah juga berpesan jika saya ingin bepergian dengan teman, sebisa mungkin saya yang datang duluan, “biar temen kamu nunggunya ga terlalu lama”. Tapi kalau aku yang setiap kali nunggu juga bosen yaahh, gerutuku dalam hati.

Ayah tetaplah ayah. Dibalik kerasnya ayah dalam mendidik saya, ada kelembutan hati yang selalu ia simpan agar saya tak terluka.

Dari semua hal di atas saya jadi ragu, apakah ada lelaki di luar sana seperti ayah?

Lelaki yang mencintai tanpa banyak berkata namun langsung dengan tindakan.

Lelaki yang menjadi tempat perlindungan paling aman.

Lelaki yang sabar dan bijaksana menghadapi semua persoalan

Lelaki yang tidak ingin membuat saya menunggu

Semoga ayah selalu diberi kesehatan agar bisa melihat Mbaknya tumbuh menjadi seperti apa yang ayah inginkan. I’ll always be your little girl 🙂

 

 

Tinggalkan komentar